Sabtu, 17 Oktober 2009

Ungkapan Hati

Fiuhh.. baru kali ini gw curhat di blog.. ga tau terasa kacau balau suasana hati. 2 hari lewatin hari2 gw dengan kerjaan gw, dengan pergi meeting sama client, yang nyata nya tanpa membawa hasil apapun.. uda jam 7 pagi kuliah di tambah jam 11 kerja sampai jam 7 malam, uda itu harus pergi ketemu client ampe jam11 malam.. well, but actually i enjoy it very much although it's very tired for me.. daripada habisin waktu buat mikir masalah gw yang ga ada ujung nya, mending gw habisin waktu gw buat kerja aza..
But now my problem's not in my job but in my heart.. gw merasa semakin hari semakin enjoy kerja, dan gw uda mulai terbiasa dengan keadaan gw yang sekarang tanpa memikirkan siapapun lagi selain keluarga gw yang ada di medan..
Gw ga tau perasaan ini bakal bertahan lama atau bertahan sebentar saja, tapi yang jelas gw ga butuh seseorang yang selalu menyusahkan gw, gw ga butuh seseorang yang ga bs ngertiin gw, marahin gw di saat emosi yang sedang melanda otak maupun perasaan nya..
Actually i rather prefer my friends..
Sebenarnya wa pengen banget maafin dia, tapi ga tau kenapa kali ini terasa sangat berat banget buat gw hadapin kenyataan yang sudah lewat. Pertengkaran yang diakibatkan kejadian yang menurut gw sangat konyol sekali (gara2 kerjain program teman gw sendiri), gw kadang mikir : gw aza enjoy kerjain tugas nya, kenapa mesti dia yang mesti marah2 ampe segytu nya..
well, gw tau dia care ama gw, tapi bukan begyni cara nya... padahal dia tau, klu gw orang nya susah buat nolak permintaan org, kenapa dia ga coba ngmng pelan2 ama gw, kenapa dia harus lsng bad mud n marah dgn sebegitu heboh nya.. jujur, i'm very dissapointed with him.. br kali ini, gw merasa kecewa bgt.. wa kira dia sudah mengenal pribadi gw yang sesungguh nya, ternyata gw salah besar.. dia belum mengenal gw sama sekali..
udah jam 7 kuliah + kerja ampe jam 7mlm, plg nya uda capek bgt.. di tambah ada kerjaan yang lagi, malah dia bukan ngertiin gw, yang ada malah jadi nya buat suasana berantem pula.. apa ga tambah strez?
Gw ga merasa harus butuh pendamping di saat sekarang ini, kalo dia ga pernah bisa mengerti akan sifat n karakter gw yang sebenar nya.. jadi nya wa prefer banget dengan kehidupan gw yang sekarang ini, full with kuliah, kerja, tlp mom, dd gw, enjoy hang-out pergi dengan tmn2 gw, yang bisa hilangin strez gw, yang bisa buat gw ktawa terus.. gw suka bgt gaya hidup gw yang sekarang ini.
Gw juga ga pernah blg klu gw ini perfect, gw hanya butuh cow yang bisa syg, terima gw apa adanya, yang ga prnh maki2 n marah2 gw..
wa pengen banget ini cepat berakhir dan kembali ke kehidupan gw yang normal, yang ga ada beban pikiran sama sekali, yang bisa tidur dengan nyenyak..

Lega juga gw curhat disini, semoga aza perasaan gw yang sekarang bisa berubah menjadi yang lebih baik..

Jumat, 09 Oktober 2009

Membuat Keputusan

Sebuah masalah dengan sebuah solusi memerlukan sebuah keputusan, namun bagaimanakah cara mengambil keputusan penting dalam hidup kita?

Biasanya kita mencoba mencari orang lain dan memintannya untuk membuat keputusan sulit bagi kita. Dengan begitu, jika kemudian terjadi sesuatu yang salah, kita punya seseorang sebagai kambing hitamnya. Beberapa teman saya pernah mencoba mengakali saya supaya membuat keputusan bagi mereka, tetapi saya menolak. Yang saya lakukan adalah menunjukkan kepada mereka bagaimana mereka bisa membuat keputusan yang bijaksana oleh diri mereka sendiri.

Saat kita tiba di persimpangan jalan dan tak yakin arah mana yang harus diambil, kita sebaiknya menepi, rehat sejenak, dan menanti sebuah bus. Segera, biasanya pada saat kita tak berharap, sebuah bus tiba. Di bagian depan bus umum ada tulisan yang menandakan tujuan dari bus itu. Jika tujuan Anda sama, naiklah ke bus itu. Jika tidak, tunggulah, akan selalu ada bus lain yang datang.

Dengan kata lain, saat kita harus mengambil suatu keputusan dan tak yakin apa yang akan terjadi, kita sebaiknya menepi, rehat sejenak, dan menunggu. Segera, biasanya saat kita tak berharap, sebuah solusi akan menghampiri. Setiap solusi punya tujuannya sendiri. Jika tujuannya cocok dengan tujuan kita, ambilah solusi itu. Jika tidak, kita tunggu lagi, akan selalu ada solusi lain yang akan datang.

Begitulah cara saya membuat keputusan. Saya mengumpulkan semua informasi dan menunggu kedatangan solusi. Sesuatu yang bagus akan selalu datang, asalkan saya tetap sabar. Biasanya dia datang dengan tak disangka-sangka, ketika saya tidak memikirkannya.


Hidup itu pilihan, kita boleh meminta pendapat dan saran orang lain untuk solusi kita. Tapi jangan sampai meminta orang lain memilihkan solusi yang akan kita buat, karena kita sendirilah yang harus menentukan pilihan kita. Saat kita tidak tahu pilihan/solusi mana yang akan kita ambil, bersabar adalah langkah terbaik. Suatu saat pasti akan ada solusi yang terbaik untuk kita :)

Kamis, 08 Oktober 2009

Kata-kata Bijak

Hal-hal tak menyenangkan, seperti duduk di peringkat terbawah di kelas kita, terjadi dalam kehidupan. Hal-hal itu dapat terjadi pada setiap orang. Perbedaan antara orang bahagia dengan orang yang tertekan hanyalah pada cara mereka bereaksi terhadap kemalangan.

Bayangkanlah Anda baru saja mengalami suatu sore yang indah di pantai bersama seorang teman. Ketika Anda kembali ke rumah, Anda mendapati gundukan pupuk kandang tepat di depan pintu rumah Anda. Ada tiga hal untuk diketahui sehubungan dengan gundukan pupuk kandang ini:

1. Anda tidak memesannya. Ini bukan kesalahan Anda.
2. Anda merasa kehabisan akal. Tak ada yang melihat siapa yang menimbunnya di situ, jadi Anda tak dapat menelepon pelakunya untuk menyingkirkan pupuk kandang itu.
3. Pupuk itu kotor dan semerbak memenuhi seluruh rumah Anda. Sungguh tak tertahankan.

Pada perumpamaan ini, gundukan pupuk kandang di depan rumah Anda melambangkan pengalaman-pengalaman traumatik yang menimpa kita dalam kehidupkan. Seperti halnya dengan gundukan pupuk kandang itu, ada tiga hal untuk diketahui sehubungan dengan tragedi dalam kehidupan kita:

1. Kita tak memesannya. Kita berkata,"Kenapa saya?"
2. Kita merasa kehabisan akal. Tak seorang pun, sekalipun teman terbaik kita, dapat menyingkirkannya (meski mereka telah mencoba).
3. Tragedi itu sangat menyakitkan, penghancur kebahagiaan kita, dan rasa sakit yang ditimbulkannya menghantui sepanjang hidup kita. Sungguh tak tertahankan.

Ada dua cara merespon timpaan gundukan pupuk kandang itu. Cara pertama adalah membawa kotoran itu kemana-mana bersama kita. Kita taruh segenggam di saku kita, sebagian di tas kita, dan sebagian lagi di baju kita. Kita bahkan juga menaruhnya di celana panjang kita. Kita dapati, ketika kita membawa kotoran itu kemana-mana, kita kehilangan banyak teman! Bahkan teman-teman terbaik pun tampaknya jadi tak begitu sering lagi dekat-dekat dengan kita.

"Membawa kotoran kemana-mana" adalah perumpamaan untuk keadaan tenggelam dalam depresi, hal-hal negatif, atau amarah. Itu adalah sebuah respon terhadap kemalangan yang lumrah dan dapat dimaklumi. Tetapi kita kehilangan banyak teman, karena lumrah dan dapat dimaklumi pula jika teman-teman kita tidak suka berada di samping kita yang selalu merasa depresi. Lagi pula, dengan cara ini, gundukan kotoran itu sendiri tak menjadi berkurang, tetapi baunya malah bertambah busuk karena makin matang.

Untunglah, ada cara kedua. Ketika kita tertimpa gundukan pupuk kandang, kita menghela napas, dan setelah itu mulai bekerja. Ambil gerobak dorong, garu dan sekop. Kita garu kotoran itu ke gerobak dorong, membawanya ke belakang rumah, dan menguburnya di kebun kita. Memang ini sulit dan melelahkan, tetapi kita tahu tak ada pilihan lain. Kadang, kita hanya mampu mengatasi separuh gerobak saja dalam sehari, namun kita melakukan sesuatu yang menyelesaikan masalah, daripada hanya mengeluh saja dan terbenam dalam depresi. Dari hari ke hari, kita menggaru dan mengubur kotoran itu. Dari ke hari, gundukannya menjadi makin berkurang. Kadang, diperlukan waktu beberapa tahun, namun pagi yang cerah tiba juga ketika gundukan kotoran di depan rumah kita tak berbekas lagi. Selanjutnya, sebuah keajaiban terjadi di belakang rumah kita. Bunga-bunga di kebun kita bermekaran dengan warna-warni memenuhi semua sudut. Keharuman menyebar sampai ke jalan, sehingga para tetangga dan bahkan orang lewat pun tersenyum bahagia karenanya. Lalu pohon buah yang tumbuh di sudut taman hampir rubuh karena begitu tergelayuti oleh buah-buahnya. Dan buahnya sungguh manis; Anda tak dapat membeli buah seperti itu. Ada begitu banyak buah, sehingga kita dapat membaginya dengan para tetangga, bahkan orang-orang lewat pun dapat ikut menikmati sedapnya rasa buah ajaib itu.

"Mengubur kotoran" adalah perumpamaan untuk menyambut datangnya tragedi sebagai penyubur bagi kehidupan kita. Itu pekerjaan yang harus kita lakukan sendiri; tak ada yang dapat membantu kita. Namun dengan menguburnya di taman hati kita, dari hari ke hari, gundukan rasa sakit itu akan semakin berkurang. Bisa saja itu membutuhkan beberapa tahun, namun pagi yang cerah akan tiba tatkala kita melihat tak ada lagi rasa sakit di dalam hidup kita dan di dalam hati kita, sebuah keajaiban telah terjadi. Bunga-bunga kebajikan bermekaran memenuhi seluruh tempat, dan harumnya cinta menyebar sampai jauh, ke para tetangga kita, teman kita, dan bahkan sampai juga ke orang-orang yang tak kita kenal. Lalu pohon kebijaksanaan yang tumbuh di sudut taman hati kita menjadi tergelayut karena saratnya buah pencerahan akan hakikat kehidupan. Kita dapat membagi-bagikan buah-buah yang enak itu dengan gratis, bahkan kepada orang-orang yang tak kita kenal, tanpa sengaja merencanakannya.

Ketika kita telah mengenal rasa sakit yang tragis, pelajarilah pelajaran yang diberikannya, dan tumbuhkan taman kita, lalu kita dapat merangkulkan lengan kita ke dalam tragedi yang mendalam dan berkata, dengan lembut, "Aku tahu". Mereka akan tahu bahwa kita telah paham. Belas kasih dimulai. Kita tunjukan pada mereka gerobak dorong, garu, sekop, dan dorongan semangat tanpa batas. Jika kita belum dapat menumbuhkembangkan taman kita sendiri, semua ini tak dapat kita lakukan.

Barangkali pesan moral dari cerita ini adalah, bila suatu ketika terjadi tragedi dalam hidup Anda, Anda dapat berkata, "Cihui! Aku dapat banyak pupuk untuk tamanku!".