Kamis, 08 Oktober 2009

Kata-kata Bijak

Hal-hal tak menyenangkan, seperti duduk di peringkat terbawah di kelas kita, terjadi dalam kehidupan. Hal-hal itu dapat terjadi pada setiap orang. Perbedaan antara orang bahagia dengan orang yang tertekan hanyalah pada cara mereka bereaksi terhadap kemalangan.

Bayangkanlah Anda baru saja mengalami suatu sore yang indah di pantai bersama seorang teman. Ketika Anda kembali ke rumah, Anda mendapati gundukan pupuk kandang tepat di depan pintu rumah Anda. Ada tiga hal untuk diketahui sehubungan dengan gundukan pupuk kandang ini:

1. Anda tidak memesannya. Ini bukan kesalahan Anda.
2. Anda merasa kehabisan akal. Tak ada yang melihat siapa yang menimbunnya di situ, jadi Anda tak dapat menelepon pelakunya untuk menyingkirkan pupuk kandang itu.
3. Pupuk itu kotor dan semerbak memenuhi seluruh rumah Anda. Sungguh tak tertahankan.

Pada perumpamaan ini, gundukan pupuk kandang di depan rumah Anda melambangkan pengalaman-pengalaman traumatik yang menimpa kita dalam kehidupkan. Seperti halnya dengan gundukan pupuk kandang itu, ada tiga hal untuk diketahui sehubungan dengan tragedi dalam kehidupan kita:

1. Kita tak memesannya. Kita berkata,"Kenapa saya?"
2. Kita merasa kehabisan akal. Tak seorang pun, sekalipun teman terbaik kita, dapat menyingkirkannya (meski mereka telah mencoba).
3. Tragedi itu sangat menyakitkan, penghancur kebahagiaan kita, dan rasa sakit yang ditimbulkannya menghantui sepanjang hidup kita. Sungguh tak tertahankan.

Ada dua cara merespon timpaan gundukan pupuk kandang itu. Cara pertama adalah membawa kotoran itu kemana-mana bersama kita. Kita taruh segenggam di saku kita, sebagian di tas kita, dan sebagian lagi di baju kita. Kita bahkan juga menaruhnya di celana panjang kita. Kita dapati, ketika kita membawa kotoran itu kemana-mana, kita kehilangan banyak teman! Bahkan teman-teman terbaik pun tampaknya jadi tak begitu sering lagi dekat-dekat dengan kita.

"Membawa kotoran kemana-mana" adalah perumpamaan untuk keadaan tenggelam dalam depresi, hal-hal negatif, atau amarah. Itu adalah sebuah respon terhadap kemalangan yang lumrah dan dapat dimaklumi. Tetapi kita kehilangan banyak teman, karena lumrah dan dapat dimaklumi pula jika teman-teman kita tidak suka berada di samping kita yang selalu merasa depresi. Lagi pula, dengan cara ini, gundukan kotoran itu sendiri tak menjadi berkurang, tetapi baunya malah bertambah busuk karena makin matang.

Untunglah, ada cara kedua. Ketika kita tertimpa gundukan pupuk kandang, kita menghela napas, dan setelah itu mulai bekerja. Ambil gerobak dorong, garu dan sekop. Kita garu kotoran itu ke gerobak dorong, membawanya ke belakang rumah, dan menguburnya di kebun kita. Memang ini sulit dan melelahkan, tetapi kita tahu tak ada pilihan lain. Kadang, kita hanya mampu mengatasi separuh gerobak saja dalam sehari, namun kita melakukan sesuatu yang menyelesaikan masalah, daripada hanya mengeluh saja dan terbenam dalam depresi. Dari hari ke hari, kita menggaru dan mengubur kotoran itu. Dari ke hari, gundukannya menjadi makin berkurang. Kadang, diperlukan waktu beberapa tahun, namun pagi yang cerah tiba juga ketika gundukan kotoran di depan rumah kita tak berbekas lagi. Selanjutnya, sebuah keajaiban terjadi di belakang rumah kita. Bunga-bunga di kebun kita bermekaran dengan warna-warni memenuhi semua sudut. Keharuman menyebar sampai ke jalan, sehingga para tetangga dan bahkan orang lewat pun tersenyum bahagia karenanya. Lalu pohon buah yang tumbuh di sudut taman hampir rubuh karena begitu tergelayuti oleh buah-buahnya. Dan buahnya sungguh manis; Anda tak dapat membeli buah seperti itu. Ada begitu banyak buah, sehingga kita dapat membaginya dengan para tetangga, bahkan orang-orang lewat pun dapat ikut menikmati sedapnya rasa buah ajaib itu.

"Mengubur kotoran" adalah perumpamaan untuk menyambut datangnya tragedi sebagai penyubur bagi kehidupan kita. Itu pekerjaan yang harus kita lakukan sendiri; tak ada yang dapat membantu kita. Namun dengan menguburnya di taman hati kita, dari hari ke hari, gundukan rasa sakit itu akan semakin berkurang. Bisa saja itu membutuhkan beberapa tahun, namun pagi yang cerah akan tiba tatkala kita melihat tak ada lagi rasa sakit di dalam hidup kita dan di dalam hati kita, sebuah keajaiban telah terjadi. Bunga-bunga kebajikan bermekaran memenuhi seluruh tempat, dan harumnya cinta menyebar sampai jauh, ke para tetangga kita, teman kita, dan bahkan sampai juga ke orang-orang yang tak kita kenal. Lalu pohon kebijaksanaan yang tumbuh di sudut taman hati kita menjadi tergelayut karena saratnya buah pencerahan akan hakikat kehidupan. Kita dapat membagi-bagikan buah-buah yang enak itu dengan gratis, bahkan kepada orang-orang yang tak kita kenal, tanpa sengaja merencanakannya.

Ketika kita telah mengenal rasa sakit yang tragis, pelajarilah pelajaran yang diberikannya, dan tumbuhkan taman kita, lalu kita dapat merangkulkan lengan kita ke dalam tragedi yang mendalam dan berkata, dengan lembut, "Aku tahu". Mereka akan tahu bahwa kita telah paham. Belas kasih dimulai. Kita tunjukan pada mereka gerobak dorong, garu, sekop, dan dorongan semangat tanpa batas. Jika kita belum dapat menumbuhkembangkan taman kita sendiri, semua ini tak dapat kita lakukan.

Barangkali pesan moral dari cerita ini adalah, bila suatu ketika terjadi tragedi dalam hidup Anda, Anda dapat berkata, "Cihui! Aku dapat banyak pupuk untuk tamanku!".

4 komentar:

  1. suri, w kasi award nih di blog w

    BalasHapus
  2. hahaha... ntar ada post yg lain2 lagi, di baca aza... iseng2 gw.. ^^

    BalasHapus
  3. wow.. yang ini gw cm baca dari tgh, tapi.. pas bgt dgn yg skrg gw lagi rasakan n buat sesak di dada., tapi karna baca postingan yang ini jadi merasa agak lapang.. thanks ud post yg ini c.. Mukjijat bgt bs pas gini..

    BalasHapus
  4. thx jugaaa ^^
    moga2 aja blog gw bisa berguna buat lu org.. (= hihihi

    BalasHapus